Bangkitnya Islam Radikal dan Nasionalisme: Studi tentang Gerakan Islam Wahabi

Arthur Aritonang

Abstract


This article describes the contemporary phenomenon in which Muslims in Indonesia since the reform era have been indicated by the ideology of Wahhabism from the Middle East. From the beginning, one of the goals of NU's presence as the largest moderate Islamic organization in Indonesia and the world was to anticipate the inclusion of Wahhabism, which at that time was already widespread in the Middle East. During the new order radical Islamic character organizations did not have a place in this country but after the fall of the new order regime and then entered the era of reform (democracy and freedom of expression) radical-colored Muslims see this as a great opportunity whose basis is as governed by the Law namely the right to establish community organizations or political parties. This opportunity is used to build organizations in the name of Islam and then spread the doctrine of Wahhabism in Indonesia by building mosques, entering several pesantren, and even some Universitas in Indonesia have been exposed to radicalism. The activity was entirely sponsored by Saudi Arabia but not by the Saudi Arabian government. Therefore, the ideology of Wahhabism is clearly contrary to Pancasila and the spirit of nationalism because it actually endangers the existence of fellow Muslims, Christianity and other religions in Indonesia.

Abstrak

Artikel ini menguraikan fenomena kontemporer dimana umat Islam di Indonesia sejak era reformasi telah terindikasi oleh faham wahabisme dari Timur Tengah. Sejak semula, salah satu tujuan dari kehadiran NU sebagai organisasi Islam moderat terbesar di Indonesia maupun dunia, yaitu mengantisipasi masuknya faham wahabisme yang ketika itu sudah menyebar luas di Timur Tengah. Semasa orde baru organisasi Islam berwatak radikal tidak mendapat tempat di negeri ini, namun setelah tumbangnya rezim orde baru dan kemudian memasuki era reformasi (demokrasi dan kebebasan bereskpresi) umat Islam yang berwatak radikal melihat ini sebagai peluang besar yang dasarnya ialah sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang, yaitu hak untuk mendirikan organisasi kemasyarakat atau pun partai politik. Peluang ini dimanfaatkan untuk membangun organisasi yang mengatasnamakan Islam, kemudian menyebarkan doktrin wahabisme di Indonesia dengan cara membangun masjid, masuk ke beberapa pesantren, bahkan beberapa Universitas di Indonesia sudah terpapar radikalisme. Kegiatan tersebut seluruhnya disponsori oleh Arab Saudi, tetapi bukan berasal dari pemerintah Arab Saudi. Oleh karenanya, faham wahabisme jelas bertentangan dengan Pancasila dan semangat nasionalisme, sebab ini justru membahayakan bagi eksistensi sesama Islam, kekristenan dan agama-agama lainnya di Indonesia.


Full Text:

PDF

References


Amstrong, Karen. Field of Blood: Religion and the History of

Violence (terj). Bandung: Mizan, 2014.

Armstrong, Karen. Islamofobia: Melacak Akar Ketakutan Terhadap

Islam di Dunia Barat. Bandung: Mizan, 2018.

Azzyumardi, Azra. Fundamentalisme Islam, Survey Historis dan Doktrinal, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.

Daulay, Richard. Agama dan Politik di Indonesia Umat Kristen di tengah Kebangkitan Islam. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

Deli, Hermanto.KH, Said Aqil Siradj Sebut Semua Teroris di RI Wahabi, dalam http://www.moslemtoday.com/kh-said-aqil-siradj-sebut-semua-teroris-di-ri-wahabi/ diakses April 2020.

Hamid, Algar. Wahhabism: A Critical Essay. New York: Islamic Publication Internasional, 2002.

Hitti, Philip K. History of Arabs; From the Earliest Times to the Present (terj). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.

Iyubenu, Edi AH. Islam yang Menyenangkan Etika Kemanusiaan sebagai Puncak Keimanan dan Keislaman. Yogyakarta: IRCiSoD, 2017.

Ms. “Tokoh Agama Ikut Berperan Ciptakan Berbagai Krisis.” Berita Oikoumene, September 2012.

Shidqi, Ahmad. “Respons Nahdlatul Ulama (NU) terhadap Wahbisme dan Implikasinya bagi Deradikalisasi Pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan Islam, II/1, Juni 2013.

Sirait, Jamilin. “Ideologi Gerakan Ikhwanul Muslimin: Pertumbuhan, Perkembangan & Penyebarannya ke Berbagai Negeri,” dalam Misi Baru dalam Kemajemukan Teologi Lintas-Iman dan Lintas-Budaya Buku Penghormatan 80 Tahun Prof. Dr. Olaf Schumann. Tomohon: UKIT, 2018.

Sitompul, Einar M. “Dinamika Islam Indonesia: Model Perjumpaan dengan Umat Islam,” dalam Misi Baru dalam Kemajemukan Teologi Lintas-Iman dan Lintas-Budaya Buku Penghormatan 80 Tahun Prof. Dr. Olaf Schumann. Tomohon: UKIT, 2018.

Wahid, Abdurrahman. Ilusi Negara Islam. Ekspansi Gerakan Islam Tradisional di Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute, 2009.

Yewangoe, Andreas A. Allah Mengizinkan Manusia Mengalami Diri-Nya Pengalaman dengan Allah dalam Konteks yang Berpancasila. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.

________. Tidak Ada Penumpang Gelap Warga Gereja, Warga

Bangsa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

________. Interview, 11 Oktober 2019 pukul. 14.00-16.05.




DOI: https://doi.org/10.47543/efata.v6i2.29

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Jurnal Efata telah terdaftar pada situs:

    

View Efata Stats

Online ISSN: 2722-8215

Printed ISSN: 2477-1333

Copyright © Jurnal Efata 2020-2023. All Rights Reserved.